Camat Tinondo, H. Ahmad, S.Pd, M.Si saat meninjau lokasi pertanian di wilayah pemerintahannya yang rawan banjir KOLTIM,SITUSSULTRA.com- Gu...
Camat Tinondo, H. Ahmad, S.Pd, M.Si saat meninjau lokasi pertanian di wilayah pemerintahannya yang rawan banjir
KOLTIM,SITUSSULTRA.com-Guna meningkatkan kesejahteraan terhadap masyarakat Tinondo, khususnya dibidang pertanian dan perkebunan, maka pemerintah kecamatan (Pemkec) Tinondo kabupaten Kolaka Timur (Koltim) Sulawesi Tenggara (Sultra) melirik dua jenis tanaman yang cocok di budidayakan di wilayah tersebut yakni, tanaman Porang dan Kopi.
Hal tersebut diungkapkan, Camat Tinondo, H. Ahmad, S.Pd, M. Si, saat dikomfirmasi di Rumah Dinasnya (Rumdis), Rabu Kemarin
Ia mengatakan, pihaknya tertarik mengembangkan, kedua jenis tanaman itu, di wilayah pemerintahannya, karena tanahnya sangat cocok untuk budidaya tanaman tersebut, selain itu karena daerah ini hutannya banyak di huni binatang liar seperti, Babi hutan yang suka merusak tanaman namun peka terhadap tanaman tersebut.
"Kalau saya mengamati setelah hampir tiga tahun tinggal di daerah ini saya mempelajari keadaan di Tinondo terutama adanya hama, sehingga yang bisa cocok dikembangkan memang Porang dan Kopi,"katanya.
Meskipun, kata camat, Kelapa juga cocok untuk dibudidayakan di (daearah red), namun masyarakat tidak tertarik untuk menanam karena terkendala dengan gangguan Babi hutan yang suka merusak jika tanaman itu adalah Kelapa.
"Makanya dimana-mana kita jalan di desa ini gersang dengan kelapa memang babi disini yang tidak bisa diatasi,"terangnya.
Selain itu camat juga mengungkapkan, jika didaerah yang diembannya merupakan salah satu wilayah kecamatan di kabupaten Kolaka Timur (Koltim) yang rawan bencana banjir, sebab daerah tersebut letak geografisnya berada pada dataran rendah .
"Yang rawan banjir disini Tawarombadaka, Tinengi, Talata termasuk Lamunde karena dia berdekatan dengan desa Tawarombadaka,"sebutnya.
Akibat dari dampak banjir, lanjut camat, maka sejumlah lahan pertanian masyarakat sering mengalami kerugian yang cukul besar.
"Bahkan ada masyarakat empat kali dia menghambur bibit padi, bibitnya selalu tenggelam dan akhirnya empat kali puso,"bebernya.
Ia menyebutkan, penyebab utama seringnya terjadi banjir di daerah tersebut saat musim Hujan, karena kontruksi tanggul bahan materialnya dibuat secara manual tidak menggunakan beton tapi dibuat dengan sitim gotong royong sehingga akan mudah jebol.
"Waktu datang bupati, saya sudah sampaikan tempat kejadian kemarin, bahwa yang harus ditangani disana itu tanggul, karena tanggulnya memang selalu jebol, karena kalau jebol airnya banjir biar mesjid di tabrak juga,"jelasnya.
Menurutnya, jika kontruksi tanggul bendungan tidak dikerjakan dengan menggunakan bahan yang terbuat dari beton maka secara otomatis jika musim hujan pihaknya memastikan tanggul akan kembali jebol.
Terkait dengan bantuan yang dibutuhkan petani saat ini, kata camat adalah bibit padi kerena wilayah tersebut mayoritas warganya berprofesi sebagai petani sawah.
"Dan terutama juga karena sawah di wilayah ini sudah berapa kali puso,,sehingga mereka butuh bantuan itu,"ungkapnya.
Oleh karena itu, Ia berharap kepada kebijakan Pemerintah terkait agar apa yang menjadi kebutuhan masyarakat pasca bencana banjir sekiranya dapat direalisasikan yakni, bantuan bibit dan perbaikan sarana pertanian guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Apalagi wilayah kecamatan Tinondo letak geografisnya berada pada dataran yang rendah, tentu wilayahnya sangat mudah terendam banjir, sehinggah butuh perhatian serius pemerintah terkait.
Penulis : Supriadin
Editor : Darson