Dinding atau tembok rumah pribadi Kadikbud Konawe, Dr. Suryadi yang terletak pada bagian samping Dapur terlihat retak dan terancam roboh fot...
KONAWE,SITUSSULTRA.com– Mengerikan, gedung rumah pribadi (Rumdi) Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Konawe, Dr Suryadi sepertinya sudah terancam roboh dan membahayakan keselamatan jiwa.
Pasalnya, bangunan yang megah dan tergolong berukuran besar itu dindingnya mulai retak-retak sejak 2013 silam, kini kondisi keretakannya terlihat makin parah, bahkan hingga permukaan lantai.
Rumah tersebut terletak di jalan utama penghubung kota Unaaha dan ibu kota Kendari tepatnya di Kelurahan Sampara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dari pengamatan Situs Sultra, terlihat kondisi dinding bangunan pada bagian belakang keretakannya sudah terancam roboh. Retaknya dinding diduga akibat pergerakan tanah berhubung posisi rumah berada pada tepi sungai Sampara.
Ngerinya, karena penghuni rumah masih tetap bertahan tinggal di dalam dan beraktivitas seperti biasanya.
Terkait hal tersebut, pemilik rumah yang merupakan Kadikbud Konawe, Suryadi saat dikomfirmasi Situssultra.com, mengatakan, bahwa yang membuat dirinya bersama keluarganya masih bertahan tinggal, kendati kondisi bangunan gedung rumahnya sudah terlihat membahayakan karena adanya beberapa alasan.
Menurutnya karena tak ada pilihan lain selain rumah tersebut ditempati orang tuanya, juga ukurannya mampu menampung jumlah keluarganya, selain itu karena letaknya memudahkan dirinya menuju ketempat kerja.
Bagian lantai gedung rumah Kadikbud Konawe yang retak |
"Apa boleh buat karena pertama disini ada orang tua kemudian akses tempat kerja disini saya anggap bagus ,"kata Dr. Suryadi kepada Situs Sultra saat ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu.
Ia mengungkapkan, bahwa untuk sementara waktu pihaknya masih menempati rumah tersebut sebab dirinya menilai kondisi gedungnya masih bisa bertahan sampai 2 tahun.
"Saya yakin untuk satu sampai dua tahun ini masih bagus,"ungkapnya.
Saat ditanya, apakah pihaknya tidak takut berada di dalam ketika cuaca lagi ekstrem seperti angin yang disertai hujan deras?. Ia mengatakan dirinya tetap optimis jika gedung tersebut masih bisa bertahan.
"Jadi sampai saat ini kalau ada angin Alhamdulillah, justru yang saya kuatirkan kalau hujan, turun secara berturut-turut, maka air akan meluap di depan rumah hingga masuk ke dalam,"ungkapnya.
"Dan ini sudah langganan banjir tiap tahun, pasti ini rumah jadi langganan dan yang parahnya terjadi pada tahun 2013 dan 2019 lalu,"tambahnya menyebutkan.
Ia mengungkapkan, sampai saat ini belum ada himbauan dari badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) baik dari tingkat kabupaten maupun provinsi untuk melakukan relokasi.
"Kalau itu sampai saat ini itu belum ada ini hanya upaya secara mandiri untuk melakukan relokasi,"ungkapnya.
Untuk itu, dirinya berharap agar pemerintah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten bisa membangun Talud pada tebing sungai, sehingga sejumlah rumah yang berada di tepi sungai Sampara bisa aman dari terjangan banjir dan tanah bergerak.
"Karena sepanjang sungai yang ada di jalur kiri ini, itu semua rumah terancam, sehingga kita berharap agar ada talud pada bibir sungai ini"harapnya.
Sembari menerangkan, bahwa jika dilihat dari aspek keamanan secara fisik gedung kediamannya, maka orang pasti beranggapan (gedung red) tidak aman untuk di tempati tinggal.
"Tapi karena saya berpikir ini rumah orang tua kemudian kami juga yakin rangka atas ini Alhamdulillah masih kuat hanya memang temboknya retak,"katanya.
Untuk itu, dengan kondisi rumah yang terlihat membahayakan keselamatan jiwa pihaknya meminta bantuan doa dari sesama agar pihaknya terhindar dari (musiba red).
"Jangan sampai menimbulkan korban jiwa, karena kalau orang melihat sepintas ini biar tidur mungkin tidak akan bisa karena takut dan ragu-ragu,"ujarnya.
Penulis : Darson